Pemandangan di Alun-alun Kota Cimahi pada tahun 1955 silam takan pernah bisa ditemui saat ini. Saat itu, bendera palu arit milik Partai Komunis Indonesia atau PKI bebar berkibar di sekitaran Alun-alun Cimahi.
Momen itu terjadi jelang Pemilihan Umum atau Pemilu 1955. Kala itu, PKI masih menjadi partai politik peserta Pemilu.
PKI punya basis massa cukup massif di Cimahi yang berjuuk Kota Hijau. Salah satu basis massa PKI di Cimahi kala itu berada di Citeureup dan Cipageran.
Tak ada data yang pasti mengenai jumlah kader PKI bersama sayap partainya di Cimahi. Namun Cimahi menjadi tujuan salah satu tokoh kunci PKI di tahun 60-an, Sjam Kamaruzaman untuk sembunyi dari kejaran tentara usai G 30 S.
Baca Juga:Ogah Rugi, Pemegang Saham Batalkan Rencana Jual GOTO
Keberadaan PKI semasa menjadi partai politik yang diperhitungkan itu diungkapkan pegiat sejarah, Machmud Mubarok kepada Suara.com beberapa waktu lalu.
PKI dibentuk tahun 1914 Terbentuknya PKI berawal dari sebuah organisasi bernama Indische Social Democratische Vereniging (ISDV). ISDV didirikan oleh seorang kaum sosialis Hindia Belanda, Henk Sneevliet pada tahun 1914.
Sneevliet memiliki misi untuk menanamkan paham marxisme-komunisme terhadap perjuangan nasional Indonesia.
Pada tahun 1924 saat berlangsungnya Kongres Komintern kelima, nama partai berubah menjadi Partai Komunis Indonesia.
Kemudian tahun 1955 PKI ikut serta dalam Pemilu. Meski sebelum Pemilu, tepatnya tahun 1948 ada pemberontakan PKI Madiun, partai tersebut tetap mendapat dukungan.
Terbukti mereka menempati peringkat keempat hasil perolehan suara.
Baca Juga:Subsidi Motor Listrik Rp 6,5 Juta Tahun 2023, Benarkah? Ini Penjelasan Para Menteri
"Yang pasti ketika tahun tahun 1955 ada foto Pemilu, itu bendera PKI banyak. Kemungkinan sudah meraup suara di Cimahi," kata Machmud.
Perjalanan PKI di kancah politik Indonesia tamat usai peristiwa 30 September 1965. PKI dituding melakukan serangkaian aksi untuk menggulingkan Soekarno, termasuk menculik dan membunuh beberapa jenderal petinggi TNI AD.
Usai kejadian itu, desakan untuk membubarkan PKI mencuat. Mayor Jenderal Soeharto pun diperintahkan untuk untuk membersihkan semua unsur pemerintahan dari pengaruh PKI.
Upaya bersih-bersih dari PKI pun dilakukan di Cimahi yang kalau itu masih menjadi bagian dari Kabupaten Bandung.
"Setelah para jenderal ditangkap, Suharto mengintruksikan untuk melakukan pembersihan. Termasuk di Cimahi yang sudah diketahui ada PKI," ungkap Machmud.
Pembersihan terhadap PKI pun dilakukan. Saat itu, Sjam Kamaruzaman atau juga dikenal Kamarusaman bin Achmad Mubaidah dan Sjam yang merupakan anggota kunci dari PKI disebut sempat disembunyikan di salah satu rumah di Cimahi.
Ia merupakan bagian dari upaya kudeta tahun 1065 atau disebut G30S/PKI. Setelah keluar dari persembunyiannya, Sjam Kamaruzaman ditangkap di Bandung.
"Sjam Kamaruzaman sempet ke Cimahi, di sembunyikan di salah satu rumah," ucapnya.
Aksi bersih-bersih pun berlanjut di era pemerintahan Presiden Soeharto. Salah satu tokoh yang terlibat bersih-bersih PKI ketika itu adalah Kolonel Masturi yang menjabat Bupati Bandung tahun 1967-1969.
"Latar belakang beliau sebagai militer sebetulnya jadi salah satu alasan pengangkatan sebagai bupati. Salah satu yang diberantas adalah Tentara Pembebas Republik Indonesia (TPRI), semacam ormas bersenjata yang berafiliasi ke PKI di Lembang," pungkas Machmud.