Jangan Sampai Ada Korban KDRT seperti Venna Melinda Lagi, Psikolog Sebut Cara Ini Penting untuk Jaga Kestabilan Emosi

"Luangkan waktu untuk me time agar kondisi emosi lebih stabil dan bisa me-refresh mood," katanya.

Morgan
Kamis, 12 Januari 2023 | 18:52 WIB
Jangan Sampai Ada Korban KDRT seperti Venna Melinda Lagi, Psikolog Sebut Cara Ini Penting untuk Jaga Kestabilan Emosi
Venna Melinda dan Athalla Naufal. ([Suara.com/Alfian Winanto])

Kisah pilu datang dari Vinna Melinda. Ia mengaku menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dengan pelaku suaminya sendiri, Ferry Irawan.

Venna Melinda mengaku mendapatkan kekerasan fisik dari suaminya yang ia klaim juga sudah tiga bulan tak menafkahinnya.

Bahkan akibat KDRT yang dilakukan Ferry Irawan, Venna Melinda mengalami retak di tulang rusuk.

Lalu bagaimana cara mencegah KDRT agar tak ada korban seperti Venna Melinda lagi?

Baca Juga:BMW Group Indonesia Cetak Rekor Penjualan Tertinggi Sepanjang Sejarah Hadir di Tanah Air

Psikolog linis dewasa Annisa Prasetyo Ningrum dari Universitas Indonesia mengatakan, salah satu caranya yakni meluangkan waktu untuk diri sendiri (me time) guna menjaga emosi tetap stabil.

"Luangkan waktu untuk me time agar kondisi emosi lebih stabil dan bisa me-refresh mood," katanya dikutip dari Antara beberapa waktu lalu.

Anggota Ikatan Psikologi Klinis Jawa Barat itu mengatakan saat sedang marah, sebaiknya jauhi sejenak sumber emosi dan cobalah untuk menenangkan diri.

Cara yang bisa dipraktikkan adalah dengan mengatur napas sehingga tubuh lebih santai dan kemarahan menjadi berkurang.

Kemudian, Annisa menyarankan untuk mengidentifikasi apa sumber yang memicu kemarahan, apa hal yang dirasakan serta apa yang diharapkan.

Baca Juga:Pejabat Pemkot Palembang Hanya Diberi Uang BBM, Kendaraan Dinas Bakal Ditarik

"Ketika emosi sudah lebih tenang, baru coba diskusikan masalah dengan pasangan," ujar dia.

Berikan penjelasan kepada pasangan mengenai perasaan dari sudut pandang masing-masing, lalu ungkapkan apa yang diharapkan agar situasi kembali membaik.

Diskusi dengan pasangan dilakukan bukan untuk saling mencari pembenaran, tetapi untuk mencari jalan keluar dari masalah.

Sebagai pasangan suami istri, kompromi perlu dilakukan dan setiap orang harus memahami bahwa tidak ada pasangan yang sempurna. Semua orang pasti memiliki kekurangan dan hal itu harus diterima.

Dia berpesan untuk tidak gengsi atau malu untuk meminta maaf bila memang seseorang bersalah.

Bila butuh penengah, pasangan suami istri dapat meminta masukan dari keluarga bahkan bantuan profesional seperti psikolog atau konselor pernikahan, terutama bila diskusi antara suami dan istri tak kunjung membuahkan hasil yang diharapkan.

REKOMENDASI

BERITA TERKAIT

Entertainment

Terkini

Tampilkan lebih banyak