Aktivis Jaringan Islam Liberal dan politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Guntur Romli bereaksi keras atas pernyataan Partai Ummat yang bakal menjadikan masjid sebagai tempat berkampanye.
Guntur Romli juga merepon partai besutan Amin Rais yang terang-terangan bakal menggunakan konsep politik identitas.
Ia mengatakan konsep kampanye menggunakan politik identitas adalah berbahaya. Oleh karena itu Guntur Romli tegas menyebut Amien Rais dan kadernya memperlihatkan cara berpikir yang konslet.
“Melalui ketua umumnya, mereka mengaku dan menegaskan ingin memakai politik identitas dan menjadikan masjid sebagai tempat jihad politik ini pernyataan yang berbahaya,” kata dia.
Baca Juga:Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bergairah, Tahun Ini Industri Konstruksi Diprediksi Tumbuh 5,7%
Guntur menambahkan, politik identitas mengancam keutuhan negeri ini dan bisa mengadu domba antar anak-anak bangsa Indonesia.
“Kelompok kadrun yang punya pola pikir yang butek yang kotor yang konslet memang tidak bisa membedakan bahayanya politik identitas,” kata dia dikutip Kamis (16/2/2023).
“Mereka tidak bisa membedakan istilah politik identitas dan identitas politik. Jadi identitas politik itu hal yang lumrah dalam politik dan ini tidak masalah tapi kalau politik identitas itu berbahaya,” tambahnya.
Menurut Guntur, ini karena Partai Ummat tidak bisa membedakan istilah politik identitas dan identitas politik.
“Identitas politik adalah identitas yang melekat kepada seseorang atau kelompok sebagai bagian dari politik. Ya partai politik adalah identitas politik seseorang yang mengaku sebagai konstituen sebuah parpol maka dia bagian dari identitas politik partai tersebut,” kata dia.
Baca Juga:Profil Didit Prabowo, Putra Menhan Bertemu Gibran di Solo, Ada Pesanan?
“Dan ini hal yang lumrah, hal yang lain juga seperti identitas seseorang. Contohnya, apa namanya, apa sukunya, apa agamanya dan lain sebagainya itu merupakan identitas seseorang yang melekat pada seseorang,” tambahnya.
“Tetapi kalau identitas itu dipolitisir atau dijadikan sebagai alat untuk menghitung alat untuk membeda-bedakan, bahkan alat untuk menindas orang yang berbeda identitasnya. Maka itulah yang disebut dengan politik identitas,” jelasnya.
Misalnya juga politik SARA, contoh yang lain dan ini sama sebenarnya antara politik identitas dengan politik SARA itu sama, seseorang tidak bisa lepas dari suku apa dari agama apa dari aliran apa sebagai bagian dari identitas.
“Ya SARA seseorang itu memang tidak bisa lepas dan itu bukan hal yang masalah tetapi kalau isu SARA dijadikan sebagai alat politik di situ yang berbahaya,” tutupnya.
Disclaimer: Artikel ini merupakan kerja sama Suara.com dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi artikel menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.