Bea Cukai RI melalui akun Twitter mereka @beacukaiRI meminta maaf atas pengalaman yang menyenangkan yang dialami Putri Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Alissa Wahid saat tiba di Indonesia.
"Halo, Kak. Kami memohon maaf atas pengalaman tidak mengenakan yang dialami pada saat tiba di Indonesia. Masukan yang diberikan menjadi bahan evaluasi atas pelayanan dan pengawasan barang bawaan penumpang kedepannya. Terima kasih," tulis @beacukaiRI sambil me-mention akun Twitter Alissa Wahid, Senin (20/3/2023).
Namun permintaan maaf itu malah menuai komentar negatif dari netizen. Pasalnya permintaan maaf itu terkesan template semata.
"Hilih jawaban template. Kejadian kayak gini dibiarin bertahun2 peras aja terus orang2 itu. Orang udah kerja capek2 di luar sampe di negara sendiri diperas," komentar @ihsansu****.
Baca Juga:Aming Sedih Tak Lagi Dikenali Usai Hijrah, Penampilan Berubah Total karena Mau Nikah?
"ini sih bot yg jawab, di pintu custom galaknya minta ampun," timpal @haripoer*****.
Netizen mendesak agar Bea Cukai melakukan evaluasi dan perbaikan menyeluruh agar peristiwa serupa tak terulang dan tak ada lagi Rakyat Indonesia terutama buruh migran yang menjadi korban.
"Ehhe bahan evaluasi mulu lantas kpan implementasi nya kpan jg direalisasi kebanyakan aksi nihil konkretisasi," tulis @esgri****.
Sebelumnya diberitakan, layanan Imigrasi dan Bea Cukai Bandara Internasional Soekarno-Hatta kini tengah menjadi sorotan. Usai viral juara lomba nyanyi di Jepang kena biaya bea cukai sebesar Rp 4 juta untuk piala yang ia bawa pulang, kekinian putri Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Alissa Wahid buka suara soal pengalaman pahitnya soal kelakuan petugas imigrasi di bandara itu.
Putri sulung Presiden Indonesia ke-4 itu menceritakan pengalamannya berhadapan dengan petugas imigrasi Bandara Soekarno-Hatta melalui akun Twitter miliknya, @AlissaWahid pada Senin (20/3/2023).
Saat itu Alissa Wahid pulang dari sebuah konperensi di Taiwan. Di bandara, ia diarahkan menuju meja pemeriksaan. Di sana, ia disangka sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI) atau tenaga kerja wanita (TKW) yang baru pulang kampung.
"Kamu pulang kerja ya di Taiwan? Berapa lama kerja di sana? Bawa apa aja? Buka kopernya," tulis Alissa Wahid.
Alissa Wahid lalu membuka koper dan memberikan paspor miliknya pada petugas. Ia mengatakan dirinya hanya berada di Taiwan selama tiga hari.
"Petugas : "Kerja apa 3 hari di taiwan? Kok bawaannya koper gede? Beli apa aja? Emang dibayar berapa?" tulis Alissa Wahid.
Alissa menjawab ia sebelumnya pergi ke Taiwan untuk mengikuti konperensi. Namun petugas itu tetap ngeyel dan bertanya dengan nada yang tak ramah.
"Petugas : "sering ya ke luar negeri?"
Saya : "ya. Bisa lihat di paspor, mbak."
Dia buka² paspor.
Petugas : "kok sering ke luar. Kerja apa?"
Saya : "LSM"
Petugas menengok, tampangnya agak kecut, lalu kembalikan paspor : "Silakan"," tulis Alissa.
Alissa kemudian membereskan koper yang telah diacak-acak oleh petugas imigrasi.
"Abis itu kalau pas landing di Cengkareng bareng mbak2 TKI & saya gak lagi capek, saya suka barengin PMI yg cewek², just in case. Saya saja yg anytime bisa panggil paspampres, cukup stres diperlakukan intimidatif gitu. Apalagi mba² PMI yg gak pengalaman," tulis Alissa Wahid.
Ia melanjutkan, awalnya dirinya ingin mengetahui seperti apa perlakuan petugas imigrasi terhadap warga yang seharusnya mereka layani dengan baik. Rasa ingin tahunya pun terjawab.
"Tapi lama² sebel, makanya aku jawab LSM," kata dia.
Peristiwa itu sendiri dialami Alissa Wahid pada tahun 2019 atau 2020. Tapi ia masih mengingat betul bagaimana arogansi yang ditunjukkan petugas imigrasi itu pada dirinya.
"Nada bicaranya bener² intimidatif sih menurut saya. Padahal saya bukan orang yang kecil hati. Pas hadap²an sama polisi di depan GKI Yasmin aja saya berani adu ngeyel," keluhnya.
Cuitan Alissa Wahid ini mendapat banyak komentar dari warga Twitter. Beberapa menceritakan pengalaman yang sama ketika berhadapan dengan layanan keimigrasian di bandara.
"Kejadian tahun berapa ya mba? Pekerja Migran Indonesia tau TKI khususnya perempuan sering banget jadi obyek pemeresan oknum petugas maupun biro penyalur. KPK pernah lakukan sidak di Soeta soal ini juga hanya saja belum update apakah masih terjadi lagi atau ga saat ini," tulis @emerson_yuntho.